Rudal baru ditakuti AS
Rusia punya rudal baru ditakuti AS, picu perang dingin jilid 2?
Untuk pertama kalinya, Rusia merilis sebuah foto mengejutkan. Rudal nuklir terbesar dan paling ditakuti As dan Eropa.
Rudal itu dijuluki NATO dengan nama Satan 2 dan diyakini mampu menghancurkan wilayah seluas Prancis.
Inilah senjata terbaru yang dimiliki Rusia. Nama aslinya rudal RS-28 Sarmat memiliki kecepatan tujuh kilometer per detik dan didesain untuk mengakali sistem perisai anti-rudal.
Kekuatan hulu ledaknya mencapai 40 megaton, Satan 2 disinyalir memiliki kekuatan 2.000 kali lipat lebih dahsyat dari bom atom yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki pada 1945.
Dilansir dari koran the Daily Mail, Rabu (25/10), kantor berita Rusia Zvezda milik Kementerian Pertahanan Rusia mengungkapkan, "RS-28 Sarmat adalah rudal yang memuat 16 hulu ledak nuklir dan mampu menghancurkan wilayah seluas Prancis atau Texas. Selain itu, senjata ini juga mampu menghindari radar."
Peluncuran ini terbilang mengejutkan, sebab Rusia dan AS sedang berseteru. Kedua negara terlibat dalam perang saudara di Suriah, masing-masing mendukung pihak yang saling berseberangan.
Jika benar, tidak menutup kemungkinan kejadian itu membuat perang dingin kembali terjadi. Di mana, kedua negara adidaya saling berusaha mengakarkan ideologi, mengobarkan perang di dunia ketiga, dan berlomba membuat senjata paling canggih.
Perang dingin dimulai ketika AS pertama kali mengembangkan senjata nuklir bertajuk Proyek Manhattan selama Perang Dunia Kedua berlangsung. dengan senjata itu pula, AS berhasil membuat Jepang menyerah tanpa syarat usai mengebom Hiroshima dan Nagasaki.
Dari pengeboman itu, nuklir diketahui bisa menghancurkan satu kota dan membunuh 10 ribuan jiwa dalam sekejap.
Tepat pada 29 Agustus 1949, Uni Soviet mengejutkan dunia. Negara komunis ini menyatakan keberhasilannya melakukan uji coba peledakan bom atom pertama.
Tentu saja, AS dan Eropa tidak pernah menyangka Uni Soviet akan sukses dengan pengembangan nuklir pertamanya. Alhasil, perlombaan senjata dimulai ketika AS pertama kali meledakkan bom hidrogen mereka pada 1952.
Bom ini dinilai sangat kuat dibandingkan nuklir. Dan Uni Soviet melakukan percobaan pertama dengan bom yang sama setahun berikutnya.
Tentunya bom kuat apapun tak akan ada artinya tanpa roket yang memadai. Dan kedua negara mulai mengembangkan Rudal Balistik Antarbenua sejak 1950-an. Roket tersebut diluncurkan dari jarak yang sangat jauh, kurang lebih 3.500 mil.
Di saat bersamaan, mereka juga mengembangkan sistem pertahanan untuk mencegah masuknya misil tersebut ke negaranya masing-masing. Mulai dari membangun sistem radar terbesar, hingga jaringan misil yang bisa merespons dalam waktu singkat saat misil musuh ditembakkan.
Masing-masing negara juga membuat bunker khusus di bawah tanah yang tahan terhadap serangan nuklir. Hanya pejabat penting yang bisa menempatinya.
Semula, AS menjadi negara pertama yang menguasai disusul Soviet hingga akhirnya unggul dari musuh abadinya. Rupanya kedua negara menyadari perlombaan senjata semakin berlebihan, dan semakin mahal. Alhasil, AS dan Soviet sepakat untuk bertemu dan bernegosiasi mengenai senjatanya masing-masing.
Pertemuan pun dimulai pada 1970-an, yang dinamakan Pembicaraan Pengurangan Senjata Strategis atau disingkat SALT. Upaya ini cukup berhasil, perlombaan mulai berjalan perlahan.
Perlombaan dan perang dingin resmi berakhir ketika Soviet akhirnya bubar pada 1991. Kini. Presiden Rusia Vladimir Putin kembali membangun senjata mematikan. Rudal itu dilaporkan untuk menggantikan SS-18.
Akankah hal itu kembali memicu perang dingin jilid kedua. Semoga saja tidak.